“Mangan wae kok ndadak dipikir to, nduk? Krupuk dicelupke kuah wae dibahas…”
(“Makan saja kok pakai dipikir, nduk? Krupuk dicelup kuah saja dibahas…”)
Makanan tampaknya memang hal yang sepele. Namun bila ditilik lebih jauh, makanan ini tidak hanya sekedar enak dan tidak enak, matang dan mentah, atau kandungan gizinya. Makanan memiliki banyak hal menarik untuk dipikiran – dan tentu saja kemudian dituliskan.
Melalui makanan lokal, misalnya, kita bisa ‘mencicipi’ sejarah dan kebudayaan suatu tempat. Kita bisa melihat konstruksi-konstruksi yang terbangun di sekitar kita dan makanan. Kita bisa pula melihat gaya hidup seseorang melalui makanannya – seperti ungkapan terkenal “you are what you eat”. Makanan juga bisa menjadi simbol, yang memiliki makna berbeda-beda bagi tiap orang.
Melihat makanan ini tidak lantas terbatas pada makanan itu saja. Bagaimana cara makannya, teknologi apa yang digunakan untuk memasaknya, hingga bagaimana cara menyajikannya membuat makanan makin menarik untuk diamati.
Jadi, kalau kita mau melihat lebih jauh, lemper sebenarnya bukan hanya ketan yang diisi daging ayam. Banyak pertanyaan yang bisa muncul dari lemper itu sendiri. Itu yang ingin saya munculkan dalam kolom ‘Food’ ini – sehingga makanan tak lagi sekedar obat lapar. Tapi, tak mengapa lah bila sesekali saya juga menampilkan resep-resep dari Jogja sebagai selingan.
Monggo, dipun kedhapi…
- Merapi dan Romantisme Kaliurang - September 18, 2015
- Soto (di) Jogja - September 15, 2015
- Segelas Teh di Angkringan - July 24, 2015
- Jalan Kaki di Kotagede - July 21, 2015
- Jogja Terlalu Nyaman - July 10, 2015
- Si Terang Bulan - April 28, 2015
- Acuan Kuliner dan Keberlimpahan Informasi - April 3, 2015
- Piknik itu (Bisa) Sederhana - March 21, 2015
- Traktiran Ulang Tahun - March 18, 2015
- To Eat or Not To Eat? - March 12, 2015