Namun PKL tetaplah PKL, apapun seninya. Ada masalah sanitasi, kebersihan, dan kemacetan, di sana. Apalagi jika warung-warung PKL tersebut terletak di depan sebuah rumah sakit. Lucu rasanya,jika ada barisan warung jajanan tidak sehat, di kawasan yang hakikatnya memperjuangkan kesehatan. Belum lagi rumah sakit adalah kawasan yang menuntut kelapangan dalam akses keluar-masuk. Tidak lucu lagi rasanya,jika ada korban wafat dalam ambulans, yang terjebak kemacetan karena PKL.
Permasalahan inilah yang melanda RSUP Sardjito beserta PKL-PKL yang hidup dalam naungannya, sepuluh tahun lebih lamanya. Hal ini diperparah dengan kenyataan warung-warung PKL Sardjito bukan hanya menjadi tempat mencari nafkah bagi para pemiliknya, tapi sudah menjadi tempat menetap. Relokasi menjadi solusi konkret dengan harapan permasalahan sanitasi, kebersihan dan kemacetan dapat diatasi. Sehingga para PKL dapat berjualan seperti biasa.
Resto Sehat Sardjito nama kawasan tujuan upaya relokasi tersebut. Terletak di utara bangunan RSUP Sardjito yang menjulang, dan diharapkan dapat menggaet karyawan, peserta didik, tenaga kesehatan, keluarga pasien dan pengunjung, serta masyarakat umum sebagai pelanggan. Konsep yang sempurna untuk mengatasi masalah sanitasi dan kebersihan pedagang. Juga konsep yang sempurna dalam memuluskan langkah Sardjito untuk internasionalisasi dan mencegah kemacetan. Upaya ini sepintas adalah angin segar yang absolut, dimanasebagian besar dari PKL Sardjito adalah penjual makanan dan sebagian dari mereka menyepakati keputusan tersebut.
Namun Indonesia tetaplah Indonesia, apa pun solusi dari pemerintahnya. Resto Sehat Sardjito yang sepenuhnya dibiayai Pemda Sleman mandek akibat kekurangan dana. Target selesai pada Desember 2014 kandas, sementara pembangunan hingga saat ini baru mencapai 50%. Lalu ada masalah lapak yang kecil dengan ukuran hanya 1,8 x 3 m. Lalu ada kekhawatiran akan penurunan omzet yang kecil akibat lokasi. Belum lagi hadirnya kantin dan rumah makan cepat saji di dalam RSUP yang memperparah kegalauan para pedagang.
Permasalahan kompleks ini tentu saja tidak dapat ditanggulangi oleh segelintir orang. Ada peran dari Dinas Pasar Sleman, pihak RSIP Sardjito, Himpunan PKL Sardjito, serta mahasiswa yang diwakilkan oleh BEM, di dalamnya. Konon kabarnya mereka sedang gencar merumuskan konsep apik nan tertata sebagai solusi dan implementasi terhadap problematika tersebut akhir-akhir ini.
Pada titik ini, kita hanya dapat berharap pada waktu untuk menjawab, seraya berdoa agar para PKL diberikan tempat yang layak.Sehingga mereka dapat mencari nafkah untuk anak-anak mereka seperti biasa. Sehinggatidak ada lagi korban yang mati konyol dalam ambulans yang terjebak kemacetan—saya tulis tidak ada lagi berarti kejadian ini benar-benar pernah terjadi.
- ‘Jogja Ngangeni’ yang Melankolis - October 2, 2015
- Ihwal PKL Kampus Kerakyatan: Jalan Kaliurang - May 29, 2015
- Ihwal PKL Kampus Kerakyatan: Sunday Morning - May 8, 2015
- Ihwal PKL Kampus Kerakyatan: RSUP Sardjito - May 1, 2015
- Ihwal PKL Kampus Kerakyatan: Intermezo - April 25, 2015