The Art of Eating Nasi Kotak
“Kalau dapet nasi kotak, seperti dapat kejutan, gitu ya…” tulis Anton dalam suatu komen blog.
if ( is_front_page() ) { ?> } else { ?> } ?> if ( is_search() || is_archive() || is_404() || is_feed() || is_attachment() || is_paged() || is_tag() || is_date() ) { ?> } else { ?> } ?>
“Kalau dapet nasi kotak, seperti dapat kejutan, gitu ya…” tulis Anton dalam suatu komen blog.
Bagi mereka yang tidak mudik, inilah awal ‘perjuangan’ mencari makan di pekan terakhir ramadhan dan hari raya.
Tapi untuk sebagian orang, makan sahur tidak ada bedanya dengan makan siang. Menu yang lebih kompleks pun dihadirkan; nasi, lauk pauk, sayur hingga buah.
Setidaknya melalui makanan minuman tersebut mewakili kehadiran rasa ‘rumah’ dalam menutup ibadah puasa.
‘Foodgram’ awalnya muncul sebagai aktivitas instagram untuk memposting foto-foto makanan. Jepret-jepret, lalu upload di instagram.
“Mbak, beli kue cubit.” | “Mau rasa apa mbak?” | “Lho memang ada rasa-rasanya juga?” | “Iya, Mbak. Ada red velvet, taro, green tea, dll.”
“Mau pakai stroberi gak?” | “Aku gak doyan stroberi, tapi bagus kalo difoto. Yaudah pakai deh, nanti buat kamu ya?”
Siapa yang tak suka wisata kuliner? Sudah jadi satu agenda wajib yang tidak bisa dilewatkan di setiap kunjungan wisatawan dari mana pun ke Jogja.
Sejak terbit matahari sampai terbenam dan terbit kembali, ratusan tempat kuliner saling mengisi. Mulai menu sarapan, makan siang, camilan sampai menu tengah malam dan pagi buta, semua ada.