Ketika masih marak penjual jajanan keliling, kalimat di atas biasa digumamkan sambil membuka pintu lalu melongok ke arah jalanan depan rumah. Berharap ada tukang jajanan lewat entah itu tukang kue putu, bakso, mie ayam, atau es puter.
Apa yang mau dibeli ya tergantung lewatnya si penjual jajanan, tergantung di luar hujan atau tidak dan pada jam berapa karena tiap jam berbeda-beda. Belum lagi kalau pas terdengar tukang jualan memanggil-manggil, eh sudah lewat jauh rumah kita, yah pakai jurus kaki seribu alias buru-buru mengejar ke depan rumah sambil memanggil sebelum lebih jauh.
Orang Jogja mungkin beberapa akrab dengan penjual jajanan keliling seperti rujak es krim dan tenongan yang membawa aneka ragam penganan dalam satu wadah bambu bertumpuk (tenong) dan dijajakan oleh simbok-simbok sambil digendong.
Soal harga pastinya ramah dikantong dan serunya memanggil penjual jajanan keliling yang lewat di depan rumah ada di bagian: teriak memanggil “pak/bu/bang/mas, beli!”, lalu mengejar sambil mendengar arah suara penjualnya, menunggu, dan memperhatikan gerobak jualan parkir atau bakul tenongan menggelar tumpukan ‘tenong’nya di depan rumah.
Romantisme jajan semacam itu mungkin sudah jarang dialami anak-anak dan remaja generasi sekarang berganti dengan melirik linimasa twitter dan instagram memantau kira-kira teman-teman atau akun-akun yang ada sedang ramai membicarakan makanan apa.
Saat ini banyak orang menjual aneka jajanan di instagram dengan deskripsi makanan/minuman-harga-alamat dan tentu saja disertai foto-foto yang menggiurkan mata dan lidah. Bukan tidak mungkin seketika berencana membeli dan kemudahan ini didukung penjualan lewat daring dan instagram, bisa pesan lewat layanan chat seperti WA & BBM dan diantar sampai depan pintu.
Tak perlu takut penjualnya lewat jauh dan harus mengejar sampai ujung gang lagi, kini kita bisa ‘membeli’ jajanan dari atas kasur. Jenis jajanannya pun variatif, tinggal pilih mau yang mana, harga berapa, lokasi dimana. Tidak perlu termangu di teras rumah, hujan atau panas jajanan pun tetap bisa dibeli dan diantar sampai rumah. Enak sekali dan mudah.
Nah, tentu saja ada yang berbeda dari yang kita hadang langsung di depan rumah terutama soal harga. Sudah pasti lebih mahal karena perlu bayar ongkos kirim/ pesan-antar, kemasan hingga biaya promonya si penjual. Terkadang pula penampakan di foto dan kondisi nyatanya sedikit berbeda, mungkin dari segi porsi atau ukuran karena kita hanya melihat gambar bukan melihat langsung di depan mata.
Jajan di era serba gadget seperti sekarang memiliki pola yang sedikit berbeda, meskipun ada beberapa perbedaan pengalaman dari jajan langsung dengan yang lewat instagram atau sosial media lainnya, tetap saja jajan jadi keasyikan tersendiri. Datang ke warung jajanan atau toko makanan tertentu hanya karena melihat postingan teman yang jajan disitu atau ada diskon bagi mereka yang mem-‘follow’ instagram akun-akun warung atau toko, jadi hal yang lumrah terjadi.
Sudah bukan hal sulit untuk sekedar cari tahu atau mendapatkan jajanan-jajanan terkini atau pun jajanan jadul yang mungkin sudah jarang ditemui di pedagang yang biasa lewat depan rumah disini. Yah bukan berarti sudah tidak ada lagi yang jajan langsung ke warung atau toko namun proses jajan jaman sekarang ini sudah sedemikian oke-nya sampai-sampai bisa dilakukan di mana saja kapan saja dan dengan siapa saja.
- The Art of Eating Nasi Kotak - September 29, 2015
- Cari Makan Jelang Lebaran - July 16, 2015
- Sahur di Rantau - June 30, 2015
- Takjil dan Rumah - June 23, 2015
- Foodgram: Antara Hobi dan Promosi - June 9, 2015
- Dilanda Kekinian Gelombang Kue Cubit - May 26, 2015
- Jajan via Instagram - May 5, 2015
- Ritual Memotret Makanan - April 22, 2015
- Kota Ribuan Kuliner - April 14, 2015
- Mahasiswa dan Jajan 24 Jam - March 27, 2015