Kartu Pos

Saya sudah hampir setahun menjadi anggota Postcrossing, sebuah situs yang memfasilitasi pertukaran kartu pos bagi orang-orang sedunia. Meski tak serajin anggota lain yang dengan giat langsung mengirimkan sebuah kartu pos ke alamat yang diberikan setiap mereka mendapat jatah mengirim lagi, hingga saat ini saya telah mengirim 18 kartu pos, 6 kartu pos masih dalam perjalanan, dan menerima 24 kartu pos dari beberapa negara di luar negeri.

Walaupun di era Internet yang segalanya serba cepat dan digital ini, saling berkirim kartu pos dianggap hal yang sudah ketinggalan jaman, namun sebenarnya ada beberapa pengalaman yang nampaknya belum bisa ditandingi oleh kecepatan internet.

Rasa penasaran menunggu (dan menunggu di sini maksudnya bisa mingguan hingga bulanan, bukan sekedar harian) kartu pos tiba, serta kejutan-kejutan yang muncul saat akhirnya kartu pos  – kartu pos dari negara-negara yang tak terduga, masih belum bisa tergantikan oleh kecepatan yang ditawarkan internet dalam kemasan digitalnya.

Ada yang menarik saat iseng melihat-lihat berbagai macam kartupos yang dikirimkan dari Indonesia. Kartupos – kartupos dari Indonesia banyak sekali yang desainnya bagian belakangnya hampir seragam. Kebanyakan berupa foto pemandangan atau obyek-obyek wisata yang berada dalam frame putih, kemudian pada frame putih, tepat pada bagian bawah gambar di kartu pos tersebut, ada tulisan huruf besar dengan tinta merah yang menjelaskan lokasi foto itu diambil.

Bisa membayangkan, atau bahkan pernah melihat kartu pos seperti itu kan? Foto Candi Prambanan, kemudian di bawahnya ada tulisan: I N D O N E S I A; foto wayang kulit yang diterangi lentera di balik layar, dan di bawah foto tersebut bertuliskan: Y O G Y A K A R T A; atau foto Penari Pendet dan tentu saja, di bawahnya bertuliskan: B A L I.

Sama sekali tidak bermaksud mengatakan kartu pos – kartu pos sepert iitu jelek sih, namun jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki kartu pos dengan desain lebih beragam, kok nampaknya ada rasa sedikit iri. Padahalkan kita, apalagi Yogyakarta, dikenal sebagai kota budaya yang menjadi gudangnya orang-orang kreatif. Mosok tob ikin kartupos yang keren agak banyak dan beragam dikit tidak ada yang bisa?

Mungkin saja, karena budaya surat menyurat dan berkirim kartu pos melalui kantor pos sudah semakin berkurang peminatnya, karena dianggap tergantikan oleh Internet yang serba cepat, maka desain-desain kartu pos Indonesia jadi agak terbengkalai.

Tapi kalau bicara tentang kecepatan Internet, ternyata desain-desain kartu pos dari Korea Selatan —yang merupakan salah satu negara yang memiliki kecepatan Internet tertinggi di dunia—tetap menarik dan beragam lho.

Berarti kalau bukan masalah kecepatan Internet, lalu kira-kira apa ya yang membuat desain kartu pos kita kurang beragam? Ada yang berkenan memberikan pencerahan?

 

About Iwan Pribadi

Seorang suami dan bapak, suka sejarah dan membaca, lebih suka lagi menceritakannya pada siapapun yang sudi mendengarkan. Saat ini sedang niat belajar motret. Jangan ragu menyapa lewat @temukonco atau monggo berkunjung ke temukonco.com

2 thoughts on “Kartu Pos”

  1. Salam kenal mas.. Saya juga member postcrossing dan belum terlalu banyak ngirim juga meskipun sudah beberapa tahun (karena pernah vakum setahun). Intinya kartupos yang Mas bicarakan adalah kartu pos yang mainstream mas.. Kalo saya pribadi seneng bikin kartupos sendiri, ga pake frame putih dan tulisan Indonesia. Hehe.. Selama ini beberapa kartu pos Indonesia yang saya terima juga kartu pos model seperti yang mas bicarakan, tapi banyak juga kayaknya kartupos yang beda desain yang ga mainstream. Misalnya shape card yang bentuknya ga persegi panjang seperti kebanyakan kartu pos yang ada selama ini, dan juga yang lainnya yang jelas tidak mengikuti pakem kartu pos seperti di atas.. Oiya, apa mas ikut Komunitas Postcrossing Indonesia di Facebook? Makasi sebelumnya..

    Reply
    • Salam kenal juga Mas… Iya, saya juga ikut Komunitas Postcrossing Indonesia di FB kok, dan memang di sana banyak sekali desain yang bagus-bagus dan keren-keren. Namun sayang sekali yang sangat umum dijual dan ditemui di kantorpos, pusat informasi wisata, dan kios-kios di bandara, adalah desain-desain yang biasa seperti itu Mas. Sehingga sering saya bertemu dengan orang asing yang menanyakan, apakah tidak ada desain kartupos Indonesia lain selain yang biasa dipajang itu. Demikian Mas.. Happy Postcrossing! 🙂

      Reply

Leave a Comment